Selasa, November 15, 2016

KEARIFAN LOKAL DAN POTENSI KONFLIK DI YOGYAKARTA

Pendahuluan

Definisi kearifan lokal (local wisdom) dalam kamus terdiri dari dua kata:kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius.

Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang.

Ciri-ciri kearifan lokal tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.mampu bertahan terhadap budaya luar,
2.memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
3.mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,
4.mempunyai kemampuan mengendalikan,
5.mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level lokal dibidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan masyarakat pedesaan. Dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikianmenyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama.

 Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan dengan waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat.

Jadi, dapat dikatakan bahwa kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat berkaitan dengan kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.

Melalui makalah ini, penulis akan membahas kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat
Yogyakarta dan potensi konflik yang ada jika kearifan lokal tersebut diabaikan atau dilupakan.

Pembahasan

Daerah Istimewa Yogyakarta, atau lebih singkatnya disebut Yogyakarta atau Jogja, dikenal sebagai sebuah provinsi dengan nuansa kebudayaan Jawa yang sangat kental, setiap interaksi sosial, ekonomi, dan budaya tidak pernah lepas dari adat-adat yang sudah terbangun sejak provinsi ini masih berbentuk dan masuk dalam wilayah Kerajaan Mataram. Budaya Jawa yang ada hingga kini bertransformasi menjadi sebuah kearifan lokal yang dipergunakan masyarakat Yogyakarta untuk saling berinteraksi, baik dengan sesama manusia, dengan Tuhan, dan dengan alam. Salah satu filosofi dasar masyarakat Jawa utamanya bagi Kesultanan Yogyakarta dan visi bagi setiap kegiatan pemerintahan dan utamanya kegiatan pembangunan di Yogyakarta adalah Hamemayu Hayuning Bawono yang memiliki arti mempercantik alam yang sudah cantik. Hamemayu Hayuning Bawono tidak bisa terwujud begitu saja tanpa adanya Rahayuning Bawono Kapurbo Waskithaning Manungso atau kelestarian alam tidak akan terwujud tanpa adanya kewaspadaan manusia. Kewaspadan yang dimaksud adalah kewaspadaan terhadap degradasi lingkungan yang akan terjadi apabila manusia mulai serakah. Sehingga dengan adanya falsafah tersebut, diharapkan masyarakat Yogyakarta tidak menjadi masyarakat yang serakah dalam mengelola kekayaan alam yang ada.    
    
Filosofi Jawa yang dipakai oleh Yogyakarta sebagai pedoman kegiatan pemerintahan tentunya mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah keinginan dari para pendahulu agar Yogyakarta menjadi sebuah daerah yang maju dalam pembangunan, damai dan sejahtera namun senantiasa menjaga lingkungan hidupnya. Pengelolaan lingkungan hidup yang bijaksana sesungguhnya menjadi konsern dari pembangunan yang ada di Yogyakarta terbesit dari filosofi-filosofi yang digunakan tersebut. Penggunaan filosofi Jawa tersebut menciptakan kekhasan dan keunikan tersendiri bagi pembangunan lingkungan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu hal nyata yang duhulu diterapkan oleh Pangeran Mangkubumi melalui filofosi Hamemayu Hayuning Bawono adalah konsep tata ruang yang dikenal dengan konsep sumbu nyegara gunung. Di lapangan, konsep sumbu nyegara gunung ini diterapkan dengan membuat garis imajiner lurus yang menghubungkan Samudra Indonesia, tanda gardu pandang Gedong Krapyak, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi. Poros-poros tersebut didapat dari akulturasi faham Hindu dan Islam yang memiliki maksud jalan lurus menuju akhirat. Gunung Merapi ditempatkan disebelah Utara atau bagian atas yang berarti disakralkan karena Gunung Merapi merupakan wilayah yang penting bagi wiayah-wilayah di bawahnya, sekaligus menjadi pemasok utama sumber  daya alam bagi wilayah sekitarnya. Wilayah tengah diisi oleh pusat-pusat pemerintahan, ekonomi, agama, sosial, budaya yang disimbolkan dengan adanya Keraton, Masjid Agung, Pasar Beringharjo, dan Kepatihan. Ruang terbuka hijau dan ruang publik diwakili oleh Alun-Alun Selatan dan Alun-Alun Utara yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya warga Yogyakarta. Wilayah pemukiman diwujudkan dengan perumahan para pangeran dan pejabat tinggi Keraton (Suhardjo, 2004). Samudra Hindia dalam falsafah Jawa dijadikan sebagai dasar berdirinya suatu wilayah atau dinamakan jalandhi atau palemahan yang harus dilindungi dan dijaga keasriannya oleh Keraton.          



Tata ruang Yogyakarta dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan nilai-nilai kearifan lokal dari falsafah Jawa yang dimilikinya dengan maksud untuk selalu menjaga dan memanfaatkan kesemuanya dengan baik, selaras, damai serta tidak berlebih. Namun yang terjadi sekarang adalah penataan ruang yang telah diatur sedemikian rupa dengan mengadopsi kearifan lokal berubah menjadi penataan ruang yang semena-mena yang lebih mengejar keuntungan ekonomi semata. Hal ini memiliki potensi konflik yang sangat laten, baik secara ekonomi, structural, maupun sosial. Gaung dari Hamemayu Hayuning Bawono dalam era pembangunan Yogyakarta dewasa ini semakin tak terdengar. Hamemayu Hayuning Bawono kini hanya sebatas wejangan dari para leluhur tanpa diadopsi betul-betul oleh para pemangku kepentingan dalam menjalankan pembangunan di Yogyakarta.

Pembangunan yang tanpa menghiraukan filosofi ini menimbulkan banyak masalah mulai dari Jogja asat, konflik penolakan pembangunan apartemen di Kabupaten Sleman, hingga munculnya penolakan pembangunan bandara di Kulon Progo karena dapat merusak lahan pertanian. Kesemuanya merupakan contoh konflik nyata jika saat ini filosofi Hamemayu Hayuning Bawono dalam pembangunan mulai hilang, dan juga Rahayuning Bawono Kapurbo Waskithaning Manungso kini sudah tidak dihiraukan lagi. Akibatnya tentulah terjadi degradasi lingkungan di wilayah Yogyakarta yang pasti menimbulkan konflik.  
     
Potensi konflik karena sumberdaya alam

Yogyakarta yang rencana pembangunannya menekankan pada sektor pariwisata, industri, dan pendidikan menjadi kurang waspada dalam mengelola sumber daya yang ada. Disektor pariwisata sendiri, demi menopang sarana dan prasarana pariwisata, pembangunan hotel untuk tempat penginapan menjadi tidak terkendali. Investor bisa dengan mudah membangun hotel di lahan yang terbatas. Dengan maraknya pembangunan yang bersifat ekonomi ini, tak pelak tingkat kerawanan konflik daerah tersebut meningkat, terutama dikalangan investor dan masyarakat lokal yang terkena imbas negative dari pembangunan tersebut. Selain itu, pemenuhan kebutuhan pangan bagi wisatawan juga membuat menjamurnya restoran dan tempat-tempat makan. Akibatnya akhir-akhir ini muncul gerakan Jogja Asat dari berbagai pemuda Yogyakarta. Para pemuda Yogyakarta merasa prihatin dan gelisah melihat makin banyaknya hotel-hotel di Yogyakarta. Asat yang dalam bahasa Indonesia berarti kering mempunyai makna jika Yogyakarta utamanya daerah Kota Jogja telah mengalami kekeringan air yang tidak lain disebabkan oleh banyaknya bangunan-bangunan hotel yang memanfaatkan air tanah, sehingga air tanah yang berada di lingkungan perumahan para warga menjadi habis dan menyebabkan sumur kering. Hal itu jika lama kelamaan dibiarkan maka akan berdampak degradasi sumberdaya air dalam skala yang lebih luas.

Hal lain yang semakin membuat Kota Jogja menjadi langka sumber daya air tanah adalah maraknya pembangunan mall-mall besar yang juga merambah ke daerah Kabupaten Sleman. Menurut situs berita kompas.com, hingga Desember 2014 terdapat 6 pusat perbelanjaaan yang beroperasi dan pada tahun 2015 ini akan ada 6 mall baru lagi yang salah satunya adalah yang terbesar di Jawa Tengah dan DIY. Eksploitasi sumberdaya secara besar besaran seperti ini sangat berpotensi menimbulkan konflik yang luas. Monopoli sumberdaya alam akan menimbulkan ketegangan antar pihak, dan jika tidak diselesaikan dengan adil, maka sangat mungkin akan melahirkan konflik yang diwarnai kekerasan.

Potensi konflik sosial

Banyaknya mall yang beroperasi di Yogyakarta selain menyebabkan kerusakan lingkungan juga merusak tatanan sosial dan ekonomi masyarakat Yogyakarta yang selama ini berpegangan kepada nilai-nilai budaya Jawa. Pasar-pasar tradisional serta warung-warung kecil milik warga kini kehilangan eksistensinya karena masyarakat lebih memilih mall sebagai tempat berbelanja mereka.

Pudarnya eksistensi pasar tradisional dan warung-warung kecil membuat pudar pula komunikasi yang terjadi antar masyarakat Yogyakarta, nilai-nilai kemasyarakatn yang ada dalam pasar tradisional juga akan menghilang. Proses tawar menawar di pasar tradisional sebagai contohnya, mengandung nilai-nilai budaya yang sangat istimewa dan luhur, melalui tawar-menawar masyarakat saling berkomunikasi dan saling mengenal satu sama lain. Para pembeli yang sudah berlangganan dengan sang penjual juga menciptakan sebuah tali silaturahmi yang unik. Dan lagi pasar tradisional bisa dijadikan sebagai ruang publik dimana hampir sebagian masyarakat dari kalangan manapun dapat bertemu dan berinteraksi. Banyaknya mall juga menyebabkan tingkat konsimerisme masyarakat Yogyakarta meningkat yang tidak sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat Yogyakarta kebanyakan. Mall hanya bisa dimasuki oleh kalangan tertentu seperti kalangan menengah ke atas. Masalah pembangunan yang lain adalah mulai banyaknya pembangunan apartemen di Yogyakarta yang juga akan mengganggu lingkungan. Pembangunan apartemen dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat yang penglaju atau mahasiswa yang berasal dari luar Yogyakarta. Semakin terbatasnya lahan di Yogyakarta yang tidak sepadan dengan peningkatan jumlah penduduk akibat urbanisasi membuat penyediaan permukiman kurang memungkinkan dilakukan secara horizontal seperti pada pemukiman pada umumnya. Alternatif yang dipakai adalah penyediaan permukiman atau hunian secara vertikal dengan membangun apartemen. Apartemen yang ada nantinya tidak akan mungkin dihuni oleh masyarakat Yogyakarta, namun akan dihuni oleh para pendatang yang artinya masyarakat lokal tidak akan merasakan hasil dari pembangunan yang ada, padahal pembangunan yang baik adalah pembangunan yang berdampak positif dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya. Hunian vertikal seperti apartemen juga belum sesuai diterapkan di Yogyakarta yang masyarakatnya masing berbudaya njawani. Hunian vertikal membuat interaksi sosial masyarakat akan cenderung menjadi interaksi bersifat patembayan atau hanya karena keuntungan semata, tidak mendasarkan pada ikatan kekeluargaan. Berbeda dengan permukiman biasa yang masyarkatnya bisa leluasa saling menyapa, berkomunikasi, mengenal tetangga-tetangganya yang bahkan rumahnya saling berjuhan satu sama lain. Kehidupan hunian vertikal kurang memberikan keleluasaan berinteraksi bagi para penghuninya, mereka yang tinggal ditempat-tempat tersebut cenderung bertemu saat pergi dan pulang bekerja atau kuliah. Contoh-contoh di atas menunjukan bagaimana pembangunan Yogyakarta kini dijalankan. Bangunan tinggi serta crane menjadi penghias langit-langit Yogyakarta yang membuat kesan keramahan dari provinsi ini menjadi hilang.   Masyarakat asli Yogyakarta sendiri saat ini mulai tergusur di tanah mereka akibat lahan-lahan yang ada lebih dimanfatkan untuk bangunan komersil seperti hotel dan mall. Lambat laun Yogyakarta akan kehilangan keistimewaannya apabila pembangunan yang ada tidak diseimbangkan antara sektor ekonomi, sosial, dan budaya.

Kesimpulan

Pembangunan seharusnya tidak hanya dilihat dari aspek keuntungan semata, namun perlu memperhatikan Hamemayu Hayuning Bawono, dimana manusia haruslah mempercantik alam yang sudah cantik. Manusia di bumi sudah seharusnya Memayu Hayuning Bawono sebab bumi dan alam ini diciptakan dengan segala keindahan dan manusia hanya diutus untuk menjaga keindahannya bukan justru merusak keindahan yang sudah ada. Budaya dan kearifan lokal yang ada harus tetap dijunjung seberapa pun majunya sebuah peradaban, karena sebuah peradaban terbentuk dari budaya-budaya masyarakatnya.

Para leluhur Yogyakarta sudah memberikan contoh bagaimana cara yang baik dalam menata wilayah yang didasarkan pada falsafah hidup mereka. Kita saat ini hanya diminta untuk meneruskan apa yang sudah para pendahulu ciptakan. Hendaknya semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah mulai sadar jika pembangunan yang ada tidak masih tetap seperti saat ini tanpa didasari oleh waskithaning manungso, maka Yogyakarta akan berubah menjadi kota tanpa ada keistimewaan lagi di dalamnya sebab keistimewaan Yogyakarta tidak hanya terletak dari bentuk pemerintahannya, namun keistimewaan Yogyakarta juga berasal dari geoekologisnya, kedamaian suasana dan juga dari nilai-nilai luhur masyarakat yang harus senantiasa dijaga.

Karena jika kearifan local seperti diatas diabaikan begitu saja, maka akan timbul banyak ketegangan social maupun structural yang akan terjadi, dan jika ketegangan ketegangan tersebut tidak ditangani dengan baik, maka dikhawatirkan akan bertransformasi menjadi konflik yang melibatkan kekerasan secara meluas.

Dari berbagai sumber

Kamis, Agustus 18, 2016

LIFE IS A MOSAIC OF CHOICES


Sering banget ya kita denger "Hidup adalah pilihan", tapi interpretasi dari "pilihan" itu macam macam, bisa simple seperti milih Batman atau Superman, bisa juga complicated seperti milih wc duduk atau jongkok. Yang pasti, pilihan bukan antara "baik" dan "buruk", karena jelas sudah mana yang harus diambil. Pilihan dikatakan pilihan jika itu semuanya baik, tentu dengan kelebihan dan kekurangan masing masing. Pilihan ada yang mudah, ada yang susah, jelas. Dan jika menemui yang susah, banyak hal yang harus dipikirkan. Bahkan dalam syariat ada shalat istikharah, saking tidak bisa lepasnya kita akan pilihan. Semua aspek harus dipertimbangkan apalagi jika menyangkut hal hal penting seperti objek maqasid syariah yang lima itu. Ali Jinnah pernah ngendiko "Pikirkan seratus kali sebelum kau memutuskan sesuatu, dan jika sudah diputuskan, pertahankan dengan hidupmu".
Ndak menutup kemungkinan juga kita memilih pilihan yang salah. Manusiawi kok. Pernah saya ditanya sama penguji speaking IELTS, "Did you, in your life, have ever made a wrong decision?", ofcourse! I did, we all did. Bla bla bla.

Lalu dia bertanya kembali "And how did you overcome that?.

By making it right Sire. 

Semua pilihan, tentunya antara yang baik baik, pasti ada" darker side" dan "brighter side" nya masing masing. Kalo sudah terlanjur kecebur laut ya nikmati aja siapa tau malah nemu putri duyung cakep, ato dipek mantu Nyi Roro Kidul. Haha.


"Semua ada hikmahnya", betulkah?

Nek kita ngaji Qur'an, "semua" nggak cuman berhikmah. Semua yang ada di dunia ini adalah ujian, misi, saringan, filter, untuk melihat siapa sih yang baik amalnya. Coba deh tengok al Kahfi #7, mumpung tadi hari Jum'at pasti masih seger ingetnya. Yakan yakan?
Dalam As Syarh pun, Inna ma'al 'usri yusro yang diulang 2x. Bahwa "bersama" kesusahan ada kemudahan. Bersama lho ya, bukan setelah. Yaitu Gusti Allah menciptakan sesuatu berpasangan secara bersamaan dalam penciptaannya itu ya seperti itu. Ada susah ya sekalian diciptakan senang. Ada baik, tentunya ada juga kurang baik. Sebagai ujian dan saringan.
Lalu dalam pilihan pilihan baik pun, semuanya akan kembali ke masing masing kita, terlepas dari pilihan mana yang diambil.
Mau dijalani pakek iman apa nggak?
Pake syukur apa ndak?
Pake sabar apa ndak?
Karena pada akhirnya, diantara banyak jalan tadi kita akan diminta pertanggungjawabannya.

Kamis Malam,

Semoga kita selalu diberi pilihan yang indah indah.
Jangan lupa pipis dulu sebelum tidur.

LIFE IS A MOSAIC OF CHOICES


Sering banget ya kita denger "Hidup adalah pilihan", tapi interpretasi dari "pilihan" itu macam macam, bisa simple seperti milih Batman atau Superman, bisa juga complicated seperti milih wc duduk atau jongkok. Yang pasti, pilihan bukan antara "baik" dan "buruk", karena jelas sudah mana yang harus diambil. Pilihan dikatakan pilihan jika itu semuanya baik, tentu dengan kelebihan dan kekurangan masing masing. Pilihan ada yang mudah, ada yang susah, jelas. Dan jika menemui yang susah, banyak hal yang harus dipikirkan. Bahkan dalam syariat ada shalat istikharah, saking tidak bisa lepasnya kita akan pilihan. Semua aspek harus dipertimbangkan apalagi jika menyangkut hal hal penting seperti objek maqasid syariah yang lima itu. Ali Jinnah pernah ngendiko "Pikirkan seratus kali sebelum kau memutuskan sesuatu, dan jika sudah diputuskan, pertahankan dengan hidupmu".
Ndak menutup kemungkinan juga kita memilih pilihan yang salah. Manusiawi kok. Pernah saya ditanya sama penguji speaking IELTS, "Did you, in your life, have ever made a wrong decision?", ofcourse! I did, we all did. Bla bla bla.

Lalu dia bertanya kembali "And how did you overcome that?.

By making it right Sire. 

Semua pilihan, tentunya antara yang baik baik, pasti ada" darker side" dan "brighter side" nya masing masing. Kalo sudah terlanjur kecebur laut ya nikmati aja siapa tau malah nemu putri duyung cakep, ato dipek mantu Nyi Roro Kidul. Haha.


"Semua ada hikmahnya", betulkah?

Nek kita ngaji Qur'an, "semua" nggak cuman berhikmah. Semua yang ada di dunia ini adalah ujian, misi, saringan, filter, untuk melihat siapa sih yang baik amalnya. Coba deh tengok al Kahfi #7, mumpung tadi hari Jum'at pasti masih seger ingetnya. Yakan yakan?
Dalam As Syarh pun, Inna ma'al 'usri yusro yang diulang 2x. Bahwa "bersama" kesusahan ada kemudahan. Bersama lho ya, bukan setelah. Yaitu Gusti Allah menciptakan sesuatu berpasangan secara bersamaan dalam penciptaannya itu ya seperti itu. Ada susah ya sekalian diciptakan senang. Ada baik, tentunya ada juga kurang baik. Sebagai ujian dan saringan.
Lalu dalam pilihan pilihan baik pun, semuanya akan kembali ke masing masing kita, terlepas dari pilihan mana yang diambil.
Mau dijalani pakek iman apa nggak?
Pake syukur apa ndak?
Pake sabar apa ndak?
Karena pada akhirnya, diantara banyak jalan tadi kita akan diminta pertanggungjawabannya.

Kamis Malam,

Semoga kita selalu diberi pilihan yang indah indah.
Jangan lupa pipis dulu sebelum tidur.

Senin, Mei 02, 2016

HARDIKNAS: SEBUAH PERSPEKTIF DARI SISI LAIN



Ditengah hingar bingar peringatan hardiknas, yang aslinya adalah hari lahir almarhum R.M Suwardi Suryaningrat, yang lebih banyak dikenal sebagai Ki Hajar Dewantoro (1889-1959), masih banyak dari kita yang hanya ikut hore horean tanpa memperingati, dalam artian yang lebih dalam, apakah arti dari pendidikan, dan kemanakah pendidikan akan membawa kita.

Sangat disayangkan, bahwa banyak dari kita yangmenganggap pendidikan adalah sekolah. Dengan seragam dan buku buku wajib, dengan guru didepan papan tulis, dengan bel masuk dan bel pulang. Sangat ironis, sampai Mark Twain dengan gayanya yang sarkastik pernah menulis "I have never let my schooling interfere with my education", yang artinya kurang lebih "Aku takkan pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikanku". Dan sangat jelas sebuah hadits dari Rasulullah SAW, "Tuntutlah ilmu dari sejak dalam buaian (bayi) sampai liang lahat (mati). Yang berarti proses mencari ilmu itu adalah sejak lahir, sampai dengan mati.

Dalam kitab tarbiyah wat Ta'lim, yang diajarkan di Gontor sejak kelas 3 sampai kelas 6, bahwa pendidikan adalah "At ta'tsir", "pembekasan/mempengaruhi", dengan pengaruh pengaruh yang diseleksi khusus dengan sengaja, untuk membantu si anak berkembang, an yataraqqa, baik secara mental, fisik, maupun akhlak sehingga bisa mencapai kemampuan terbaiknya, minal kamaal wal jamaal. Seperti kaum posmo, yang menekankan keraguan narasi, bahwa hidup adalah kumpulan persepsi. Terutama dalam menafsirkan sesuatu yang belum diketahui. Analogi orang buta meraba gajah, jika dikembangkan akan menerangkan mozaik persepsi tadi. Orang buta yang memegang belalainya doang untuk pertama kalinya mungkin akan bilang gajah itu kenyil kenyiil, panjang dan berlendir. Tapi jika ia lalu menelaah lebih jauh dari sisi lain, melanjutkan menggerayangi gajah tadi sampai tercover semua, maka satu persatu persepsinya akan membangun bentuk total dari sang gajah. Apa yang membedakan si buta yang memegang belalainya tok, sama yang memegang belalai lalu memegang semuanya?

Itu adalah syarat kedua, mencari ilmu menurut Imam Syafi'i : HIRSUN = (Yang aslinya sih rasa tamak, tapi dalam konteks ini adalah rasa ingin tahu yang kuat). Karena rasa penasarannya yang kuat, si orang buta meraba lebih jauh dan akhirnya mampu menjelaskan bentuk si gajah. Tentunya dibarengi dengan syarat ketiga, yaitu IJTIHADUN= Usaha keras. Tapi lagi lagi, masih banyak orang tua dan sekolah yang justru mengikis rasa ingin tahu tadi, dengan mengarahkan si anak secara sepihak bahkan sejak masih belum bisa berjalan. Mendikte mereka dengan banyak hal yang kadang tidak sesuai dengan passion serta kemampuan si anak. Membandingkan anak satu dengan anak yang lain, dengan sindiran dan intonasi yang tidak ramah. Ada kisah tentang masyarakat di kepulauan Salomon, kisah ini pernah ditulis oleh Robert Fulghums dan disinggung di film Taare Zameen Par yang dibintangi Aamir Khan, bahwa saat masyarakat Salomon ingin menebang pohon yang susah ditebang, mereka berkumpul disekeliling pohon tadi dan misuh misuh alias mengumpat, sumpah serapah kepada si pohon. Dalam 30 hari, pohon tersebut mati dengan sendirinya. Bagaimana dengan anak anak?

Tulisan ini mungkin agak panjang, karena seharian saya mikir muter muter melihat berita di koran dan di TV tentang peringatan hardiknas, belum lagi postingan postingan orang di fesbuk. Dan karena saya anggap momentum ini sangat penting, I feel like to write something about it. Setelah kita sepakat bahwa dimensi ruang waktu belajar tidak hanya di sekolah, pendidikan tidak hanya "menyampaikan pengetahuan", tapi juga "pertukaran pengetahuan", guru yang baik tidak hanya mengajari para murid, tapi juga mempelajari para murid tersebut dan belajar dari mereka. Saya teringat dulu waktu kelas tiga KMI bilang ke bapak, "pak saya udah mulai belajar tarbiyah lhoo", beliau ngasih buku sampul oranye terbitan Kudus "Ta'limul Muta'alim", "Ini, ramadhan ini harus tamat" kata beliau. Sambil agak males malesan karena waktu liburan malah disuruh baca buku serius (Pemikiran anak kelas 3 SMP bro, masih alay), saya menemukan bahwa memang sebelum menjadi guru yang baik, kita harus jadi murid yang baik. Dalam buku tersebut disebutkan pentingnya diskusi dan musyawarah. Abu Hanifah berkata, “Saya pernah mendengar seorang bijak dari Samarkandi berkata, ‘Seorang pelajar bermusyawarah denganku dalam menuntut ilmu, sementara ia sendiri sudah punya niatan untuk belajar mencari ilmu ke daerah Bukhara’. Demikian seorang pelajar perlu bermusyawarah dalam segala hal karena sesungguhnya Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk bermusyawarah dalam segala hal, padahal tak seorang pun lebih cerdas darinya. Orang secerdas Rasulullah SAW toh masih diperintahkan untuk bermusyawarah. “Rasulullah pun bermusyawarah bersama para sahabatnya, bahkan dalam urusan kebutuhan rumah tangga.” Konsep diskusi dan dialog seperti itu adalah salah satu pola pendidikan yang excellent, Plato dan Aristoteles juga berdialog untuk mempelajari segala sesuatunya. Dengan begitu, ilmu akan berkembang dan kita bisa memegang gajah dari sisi lain dengan bantuan orang lain, dengan waktu yang lebih efisien.

Kemana pendidikan akan membawa kita?
Pendidikan takkan membawa kita kemana mana.
Kitalah yang akan membawa pendidikan itu sesuai dengan kemampuan dan keinginan kita. Karena pendidikan adalah sesuatu yang abstrak tapi sangat signifikan dalam kehidupan, ia bisa diibaratkan sebagai sebuah pisau. Bisa dibawa kepasar, bisa dipakek buat motong terong, bisa dipake buat mbacok orang, bisa karatan, bisa tajam. Semuanya tergantung si pemakai. Dari laporan yang disusun oleh Irjen Polisi Totoy Herawan, para pelaku bom bunuh diri selama satu dekade dari tahun 2001-2010 semuanya adalah pemuda yang masa masa pendidikannya terdoktrin pendidikan yang tidak baik. Dengan ini argumen bahwa pendidikan adalah salah satu senjata paling susah dihadapi tentunya semakin kuat.

Pendidikan hanya bisa dilawan dengan pendidikan. Banyak yang percaya mereka paling benar, dan menyalahkan yang lain. Bagaimana seseorang tahu dia benar? Researcher yang oke pasti paham, bahwa sesuatu itu harus diuji kebenarannya, baik dengan sampling maupun eksperimen. Menguji faktor faktor, pendukung maupun penghalang, lalu pencari pembanding, menggunakan teori maupun percobaan. Masalahnya sekarang banyak yang hanya berteori saja tanpa memakai logika, tanpa diuji maunya dibenarkan. Ada juga yang hanya coba coba terus, memakai logika tapi tak jelas apa yang mau dibuktikan.

Mohon maaf jika tulisan ini agak kurang koheren, karena sering saat menulis disuatu paragraf sambil memikirkan isi paragraf selanjutnya, tapi pas udah mau mulai ganti paragraf jadi lupa, padahal kuota internet modemnya ibuk gabisa dipake lama lama haha. Pernah saya ngisi diskusi mahasiswa, dan kebetulan tema saya saat itu "RADIKAL BEBAS : TAK BISA DIHINDARI,TAPI BISA DIJINAKKAN" karena background study saya adalah Hubungan Internasional, banyak yang mengira saya akan membahas tentang radikalisme macam teroris teroris gitu, sehingga yang datang diskusi saya perhatikan sudah mempersiapkan pertanyaan2 dan tentunya argumen argumen mautnya. Ehh..ndilalah yang saya bahas ketika itu radikal bebas yang definisinya :

"Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas (Drodge W. Free)

Radikal bebas adalah molekul yang relatif tidak stabil,mempunyai satu atau lebih elektron yang tidakberpasangan di orbit luarnya. Molekul tesebutbersifat reaktif dalam mencari pasanganelektronnya. Jika sudah terbentuk dalam tubuhmaka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkanradikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus bertambah (Gomber)

Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan kovalen. Elektron memerlukan pasangan untuk menyeimbangkan nilai spinnya, sehingga molekul radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi dengan molekul lain, membentuk radikal baru.(Om Wikipedia)"

Akhirnya saat diskusi berlangsung banyak yang semacam shock dan tersesat. Saya rasa banyak terjadi kasus seperti itu, kesalahpahaman istilah. Sehingga merembet ke kesalahpahaman komunikasi, yang banyak menimbulkan perselisihan. Istilah istilah seperti radikal, liberal, realisme, banyak mempunyai varian interpretasi dalam berbagai disiplin ilmu. Contohnya Realisme dalam ilmu politik, sangat berbeda jauh dengan realisme dalam aliran seni. Begitu juga liberalisme dalam agama dengan liberalisme ekonomi. Istilah istilah seperti itu jika salah penggunaan dan konteks, berpotensi menyesatkan dan jika ditambah sedikit kengototan dan kekerasan, lebih mempunyai daya hancur daripada mesiu.

Kecerdasan (Setiap orang waras punya ini), Rasa ingin tahu, Usaha keras,Biaya, Berakhlaq dalam berguru, dan sabar.
Yang akan menjadikan si buta tadi bisa mengetahui bentuk utuh dari gajah.
Maka, untuk mengakhiri ketidaknyambungan saya, dengan semangat Hardiknas meski jam segini udah masuk injury time, saya ingin mengajak kawan kawan menumbuhkan kembali rasa ingin tahu, rasa kepo terhadap sesuatu yang mengusik penasaran, gak cuma kepo postingan orang di instagram, tapi kepo yang keren, kaya contohnya apa sih Pthirus Pubis itu? atau kenapa Muqoddimah Ibn Khaldun sangat fenomenal?, Usaha, googling, beli bukunya, tanya kepada yang lebih tahu dengan sopan, jangan pelit beli buku, dan jangan kesusu.

Lalu satu lagi saya ingin berdiskusi untuk membentuk klub membaca, baca apa saja, karena klub motor udah banyak, klub fans JKT48 udah dimana mana, bahkan ada klub anak nongkrong Indomaret. Sumpah ada beneran.
Bagi yang tertarik, dan serius, bisa email ke ridwanmeefro@gmail.com untuk nanti kita rapatkan kegiatan dan aktifitas klub tadi.

Terima kasih, dan selamat Hari Pendidikan Nasional
Untuk almarhum Ki Hajar Dewantara, dan para guru kita
Lahumul fatihah!

Jumat, April 15, 2016

JURUS PAMUNGKAS MENGHAJAR IELTS (PART 1: LISTENING)


Belum lama ini, sekitar 3 tahunan belakangan IELTS (International English Language Testing System) sangat sering dibicarakan terutama dikalangan anak kuliahan. Gaperlu dikupas lebih jauh, karena emang ga ada kulitnya dan I'm here not to tell you what IELTS is. So jadi kita langsung saja ke tips tips yang akan berguna dalam menghadapi IELTS, dari pengalamaan pribadi saya yang kebetulan pada 20 Februari lalu melakukan test di British Council, Jakarta.

IELTS terdiri dari 4 ronde: Listening, Reading, Writing dan Speaking.
Kali ini saya akan sedikit mengumbar aurat, eh mengumbar jurus bagaimana menghajar Listening, dengan band minimal 8

1. Doa
Yang ini jangan sampai dilupakan, terutama bagi yang muslim sholat subuhnya jangan sampai kesiangan. Karena semua kekuatan dan pengetahuan kita berasal dari-Nya, maka jadikan Dia sebagai prioritas atas segala sesuatu. Berdoa, mendoakan, minta doa.

2. Konsentrasi
Soal hanya diputar sekali, tanpa ada pengulangan. Jadi pastikan sampean dalam mode full konsentrasi. Abaikan distraction distraction yang muncul menggoda baik dari dalam maupun dari luar. Saat saya test duduk disamping mbak mbak amoy ber-hotpants, padahal diruangan ber AC yang saya aja langsung umbelen (>_<)/. Kondisi ruangan ber-AC yang dingin bisa menjadi distraction yang berat, disamping hotpants. Jadi bagi temen temen yang kebetulan juga wong ndeso kayak saya, bisa latihan dulu untuk tahan AC. Jangan sampai nanti malah hipotermia haha.

3. Jangan Panikan
Ada beberapa section dalam listening, section 1 biasanya ngisi form semacam kwitansi, atau pengumuman gitu. Nah banyak temen temen yang pas di bagian ini kacau, langsung mood nya berantakan. Sehingga di section section selanjutnya, ndak bisa move on malah galau berkepanjangan. Walhasil, konsentrasi berceceran, pengennya mojok garuk garuk tembok. Jadi, inget kata mbah, jangan panik, don't freak out. Masa depanmu masih panjang nak.

4. Tebak!
Bukan tembak, tapi tebak. Ingat, jawaban salah tidak akan kena penalti. Jadi daripada kosong, mending diisi aja, tapi ngisinya ya yang sesuai dengan konteksnya. Section pertama biasanya banyak yang terlewat lalu dibiarkan kosong. Rugi men, rugii. Meskipun bukan multiple choice, isi aja, kali aja nyangkut. Apalagi kalau solat subuhnya tepat waktu tambah tahajjud.

5. Perhatikan Spelling
Beberapa teman banyak yang mengeluhkan saat berlatih atau simulasi salah cuma kurang S, atau typo atau kurang article. IELTS has no mercy, yang namanya ujian selalu tak punya ampun. Apalagi ujian bahasa, karena huruf S sangat berpengaruh dalam bahasa inggris. "My Girlfriend" sama "My Girlfriends" beda yakan? Hahaha....persamaannya cuma satu. "Both are only a dream".
Tipsnya, lihat di soalnya. Biasanya akan terlihat bentuk apa yang harus diisikan disana, pluralkah, singularkah? atau adjective kah? Abstract noun kah?

6. Timing
Karena waktu pengerjaan listening sangat sempit, bahkan hanya sekitar 10 menit disisakan untuk memindahkan jawaban dari lembar soal ke form jawaban, maka temen temen harus bener bener memperhatikan waktu. Gunakan jeda beberapa detik disetiap pergantian section untuk mengintip soal selanjutnya sehingga kita bisa sedikit ada gambaran soal berikutnya tentang apa sih? Dari situ kita bisa mengira ngira vocabs apa saja yang akan keluar.

7. Jadilah Pendengar Yang Baik
Karena Listening itu "mendengar", maka temen temen pertama harus jadi pendengar yang baik dulu. Bisa dilatih kok dengan menjadi lahan curhat temen temen non-jomblo yang lagi cemburu ama pacarnya, atau temen temen yang lagi difirendzone sama gebetan. Ekstrak informasi penting dari curhatan mereka lalu identifikasi faktor faktor yang menyebabkan kenapa mereka curhat, apa saja yang dicurhatin, dan solusi dari curhatan tadi. Konsepnya seperti itu. Karena dalam IELTS, tidak cuma tentang spelling, konsentrasi, dan grammar saja, tapi juga kemampuan kita mengekstrak informasi. Di listening ada section yang bentuknya multiple choice, dan peta yang menurut saya sangat menguras konsentrasi dan kecerdasan temen temen dalam memastikan jawaban mana yang harusnya dipilih. Teorinya, jika sampean ndak bisa menemukan mana yang benar, eliminasi saja yang tidak benar.

8. Biasakan Mendengar Berbagai Dialek
Listening itu nggak cuma seorang yang ngomong, bahkan ketika saya test kemarin ada yang dialeknya sangat asing banget. Dia bilang "Yes" itu "Yis", kan anjaaayyy. Lalu jangan lupa juga, banyak nama tempat, nama orang dan istilah yang identik dengan Inggris, Australia, Skotlandia, Irlandia maupun Selandia Baru. Jadi kalau ada yang ngomong "Melben" itu bisa jadi tulisannya "Melbourne", yang lebih koplak lagi, "Edinburgh" mbacanya "Ednbrahhh"bro. Koplak memang, tapi butuh, jadi gimana lagi? haha.

Begitulah beberapa jurus yang sempat saya pakai untuk menghadapi IELTS Februari lalu, Insha Allah akan saya tulis jurus-jurus di part berikutnya (Reading, Writing dan Speaking)

Jika ada yang ingin ditanyakan bisa follow
instagram @ridwanmeefro
Atau Path : Ridwan Miftahurrochman