Adegan di film jadul Singin' in The Rain yang epic sangat |
“Pluviophile”
Kedengarannya keren kan?, well umm… bagi sebagian orang mungkin lebih terdengar seperti nama penyakit mental yang butuh diikat sambil terapi kembang tujuh rupa. Tapi itulah namanya. Bacanya : “pluviofil” jangan ampe salah nyebut pedofil ya, awas!. Kalo menurut kamus online, artinya tuh “A lover of rain ; someone who finds joy and peace of mind during rainy days .” Kok artinya bahasa Inggris juga?, ya iyalah gaeees, masa kuliah di luar negeri pakenya kamus John Echols Enggris-Endonesah…*sok sokan dikit lah yaw. Haha, okay okay…bahasa Indonesianya kurang lebih “Pecinta Hujan, Seseorang yang menemukan rasa damai dan ketenangan batin ketika hujan”. Untuk simple nya sebut saja sindrom Kodokisme ato Kecebongisme, sama sama girang pas hujan turun.
Hujan itu emang menyenangkan (pake banget) meskipun akhir-akhir ini saya lebih sering menikmati hujan tidak pada tempat dan waktu yang pas buat menikmatinya, karena hujan di Islamabad lebih sering turun tengah malam. Jadi ga mungkin lah saya lari ke taman depan asrama sambil joget joget tengah malam hujan hujan, macam Ranchoddas Chanchad di film 3 Idiots pas lagu Zoobi Doobi, terlalu absurd, jelas nggak ada Kareena Kapoornya. Lagipula hujan pergantian musim ini agak tidak menyegarkan, lebih tepatnya sedikit beku dan membekukan alias dingin alias adem nyet nyet. Dulu waktu di masih di Indonesia sering dengar November Rain nya Gun’s Roses sekedar dengar sambil karaokean di kamar mandi yang kerannya dinyalain keras keras biar suara serak serak tsunami nya gak terlalu kedengaran sehingga menimbulkan keresahan masyarakat, tapi sekarang bener bener kerasa liriknya. Bahwa hujan di bulan November itu adem pol polan, sumpah Jon!. Jadi kembali ke hujan tadi, tengah malam bukan waktu yang pas buat menikmati hujan. Kecuali jika anda punya semangkok soto ayam dan segelas besar teh panas, dan itu terlalu diluar jangkauan imajinasi bagi mahasiswa rantau yang hidupnya di asrama tanpa ada Indomaret or Alfamart seperti saya ini.
Bagi beberapa manusia yang melankolis hujan itu ga sekedar air yang jatuh ke bumi. Yang mampu mengendapkan semua ke-melankolis-anya sampai berapa lapis diatas normal. Hahaha..untungnya saya bukan manusia melankolis.
Tapi intinya begini, whatever it is, Hujan is more than just a natural phenomena, lebih dari sekedar gejala alam. Jadi bagi saya, hujan itu seakan akan seperti gerbang ke dimensi lain. Kamu tahu Doraemon? Robot kucing warna biru yang takut tikus itu? Doraemon punya pintu kemana saja berwarna pink (sampe sekarang saya masih belum sreg dengan warna pintu itu), sedangkan saya Cuma butuh hujan. Kenapa hujan? Karena ketika suara hujan itu bersahut sahutan memenuhi pendengaran, saat itulah saya seperti terbawa ke tempat yang sama sekali berbeda. Mungkin tidak secara fisik, tapi sensasinya tak jauh beda. Dan percaya nggak percaya percaya aja, suara deru hujan seperti itu, menurut banyak para pengamat ahli, mempunyai daya magis yang secara misterius menenangkan. Damai.
Dengerin suaranya aja bias tenang, apalagi sambbil menikmati langsung tiap tetesnya kan? Terapi gratis ga usah ikut kelas yoga, kecuali kalo emang kelas yoga nya dicampur ama cewek, hahaha, ngawur.
Pernah lihat orang senang hujan hujanan?, Nah itulah gejala fisik Pluviophile akut. Akui saja lah, selalu ada sisi bocah dalam diri kita yang bilang bahwa main hujan itu menyenangkan. Apalagi sampe banjir sedengkul dan kuliah diliburkan. Indah banget bro. (Asrama saya di lantai 3 jadi kasur yang baru beli 3 minggu lalu aman insya Allah hihihihi).
Sebenernya sih, bagi yang takut air, banyak hal yang bisa dilakukan di tengah hujan selain hujan hujanan tadi,
• Bisa ngopi ngopi di teras rumah
• Baca buku
• Dengerin music
• Bengong termenung ngayal sambil nyoba ngitungin rintik hujan yang menetes di dedaunan…(aiihh)
Atau yang paling liar : Semuanya sekaligus “PLUS” Nyeduh Indomie rasa Soto Ayam pake ayam beneran sampe bener bener mirip sama gambar di bungkusnya. Nikmat kan bro? itu liurnya dilap dulu sanah!.
Tadi di atas saya sebutin kalau hujan itu jadi sesi terapi , ya emang sesi terapi sih, kalau stress lagi memuncak memandangi hujan sambil diiringi soundtrack pilihannya bisa cukup mengembalikan semangat yang udah hampir low batt. Menikmati hujan dikala gelombang otak sedang beta pun amat sangat melegakan, di tengah hujan bisa merenung banyak, ngayal pun jadi makin kerasa realita semacam nonton tridi (3D bro) lah, ga perlu jauh jauh ke bioskop buat yang tridi tridian gitu, cukup : Hujan, Teh Fanas, dan Musik yang Fas . Because in every drop of the rain, there is something to let go of. Stress? Patah Hati? Sedih? Mules? Geli pingin ngupil? bisa luntur seiring jatuhnya hujan membasahi bumi. Lagian ada sebuah penelitian saya lupa baca di jurnal mana, tapi sampai sekarang tu penelitian belum selesai. Isinya begini, Hujan punya kemampuan untuk membius atau menghipnotis manusia, tapi belum jelas apa yang bisa menyebabkan hal tersebut. kesimpulannya pun menye menye banget : "In the rain, there are songs that can only be heard by those who miss their icikiwir" Saya curiga ini yang bikin penelitian bukan ilmuwan beneran tapi abege galau ato cabe cabean.Hahaha, sudahlah.
Menikmati hujan itu kurang lebih sama kaya menikmati Indomie tadi. Rasanya selalu tetap, what you expect is what you get. Sudah jelas kalo masak mi rasa ayam bawang ya dapetnya rasa itu, ga tiba tiba berubah jadi mi rasa rendang kerbau selera pedas sambal ijo. Lagipula begini, hujan itu lebih membawa berkah kalau dibandingin sama panas terik, kalau hujan ga dateng berapa juta hektar sawah yang ga teraliri, berapa juta m3 waduk yang ga terpenuhi kapasitasnya, berapa juta orang yang ga terpenuhi kebutuhan air bersihnya?. Karena hujan merupakan bagian dari siklus hidrologi jadi hujan memegang peranan penting tehadap ketersediaan cadangan air tanah dan jumlah air permukaan yang beredar di bumi ini.
Tau ga kalau dalam 1 detik kira2 16 juta ton air menguap dari bumi.... nah see...bisa dibayangin kalau hujan ga turun? Perbandingan jumlah air permukaan dan air tanah akan tidak berimbang, berimbas pada bencana kekeringan dan efek domino, bukan domino Pizza, pada kehidupan sosial lainnya, Tapi di sisi lain banyak yang ngomel kalau hujan datang dengan debit yang sangat berlimpah, karena ditakutkan adanya banjir karena luapan sungai atau genangan yang terjadi karena sistem drainase yang tidak mampu menampung debirt laju air limpasan dari permukaan. Tapi boleh diyakini atau dibantah sekalian... adanya bencana banjir atau genangan yang tidak bisa dikendalikan tersebut bukan kejadian murni alam 100%, selalu ada ulah campur tangan manusia dalam merekayasa alam.. rekayasa itu ada yang negatif sekaligus positif lho, ya contoh gampang membangun bangunan di sepanjang sempadan sungai atau kali, bangunan-nya ya tergantung juga, bangunan tempat tinggal atau bangunan untuk mengendalikan daya rusak air. Kalo urusan ini, emak saya yang ahli tehnik linkungan lebih bisa menjelaskan.
Ehhh, ngapain saya jadi malah nulis hal teknis begini? Padahal awalnya udah mau nulis tulisan sok romantis melankolis berbau cengeng asolole tentang hujan.. hahahaha.. ya sudah.. back to menye-menye thing... Fase hujan itu sama kaya fase di alam lainnya, harus ada lagunya, ini opini pribadi lho yes, boleh setuju boleh ga.
Kebanyakan nih, kalo pada ditanya lagu apa yang paling pas buat hujan, pasti jawabannya beda beda tergantung tingkat ke “gahool” an musiknya. Tul ga? Anak Rock pasti banyak yang sambil angkat jari ala Spiderman bilang “November Rain”, beda lagi dengan anak Kpop atau Jpop, ada beberapa otaku yang bilang “Ame” nya Hata Motohiro yang jadi OST Kotonoha no Niwa, ada juga yang lain. Pecinta lagu Pop Indonesia jaman saya SD mungkin akan berlinang airmata nostalgila denger “Gerimis” nya Kla Project, sedangkan jaman bapak saya nggombalin emak dulu mungkin dengan lagu “Sepanjang Jalan Kenangan”, atau apalah, ntar saya tanyakan hehehe.
Lagu hujan saya?
Well, saya bukan fans fanatik pada aliran tertentu sih yes, jadi dalam playlist hujan saya ada macam macam lagu. Dari jaman om John Lennon masih eksis ama Beattles, ampe teteh Yui Yoshioka semua ada. Tapi dari playlist itu pasti adalah ya yang jadi top played. Ada, ntar tak tulisin deh daftar playlistnya.
Anyhow, meskipun namanya playlist hujan, tapi isinya juga bukan tentang hujan semua kok yes. Playlist hujan dsini maksud saya ya yang paling enak didenger pas hujan dan kebetulan ada di henpon, dari sudut telinga saya lho yes. Bukan mentang mentang ujan terus isi lagunya ujan kabeh.. relax.. saya bukan pangeran kodok yang lompat lompat kegirangan kalau ujan dan saling saut sautan pas hujan seakan koor penonton meminta artis dangdut koplo buat : Buka Sitik JOSS!!!!
Okay, ini dia playlist hujan saya,
1. Take Me To Your Heart – (Michael LTR)
2. Across the Universe – (The Beattles)
3. Lough Erin Shore – (The Corrs)
4. Masih – (Ada Band)
5. Damai Kami Sepanjang Hari – (Iwan Fals)
6. To Mother – (Yui Yoshioka)
7. Alun Alun Nganjuk – (Versi KDI)
8. Yesterday Once More – (The Carpenters)
9. The Last Unicorn – (America)
10. Lullaby for Love – (Groove Coverage)
11. Wind – (Akeboshi)
12. Nothing Else Matters – (Metallica)
13. Don’t Cry – (Gun’s Roses)
14. Gulumcan – (Ahu Saglam)
15. Yamaoku Shounen no Koi Monogatari – (yang di film Cyborg She, ini di playlist pake kanji ga bisa mbacanya hehe)
16. Neverending Love Jogja, English Version – (Kla Project)
17. OST. Lord of The Ring, Medley – (Lindsey Stirling)
Pernah baca dimana gitu lupa, bahwa kepribadian seseorang bisa dilihat dari isi playlistnya.
Oke, ga bener bener akurat sih tapi tetep ada kemungkinan besar dari itu. Me, is my playlist. Begitu mereka bilang.
Jadi, boleh kok periksa playlist saya asal you bisa buka passwordnya haha. Lagian itu playlist yang saya share cuma playlist hujan, karena saya lagi nulis tentang hujan. Masih ada playlist Jogging, playlist mandi, playlist nunggu dosen, playlist laper dan sebagainya. Oke, yang playlist laper tadi cuma bercanda. Dan dari 17 rain songs diatas ga sampai 10% dari total lagu yang ada di henpon saya. Karena itu, belum cukup untuk menilai kepribadian saya dari playlist hujan tadi hahaha.
Baidewei, itu playlist, teh, Indomie dansebagainya danseterusnya kan semua cuma ubarampe, ato sesajen untuk menikmati hujan, ada satu momen yang ga bisa disetting oleh manusia, tapi selalu menjadikan hujan itu dirindukan oleh para pengidap Pluviophile tadi. Apa itu?
“Petrichor”
Diambil dari bahasa Yunani : Petra = Batu, dan Ichor = darah para dewa
Yang artinya : Bau tanah setelah hujan (sumber : Mbah Google lah yaw, siapa lagi..??)
Bau tanah setelah hujan itu ga ada yang ngalahin, dan ga ada yang bisa menjelaskan secara pasti mekanisme apa yang bisa menyebabkan bau tanah setelah hujan itu bisa lebih enak daripada bau parfum-nya Sahrini?. Sayangnya ga ada parfum aroma hujan sama kaya orang ga bisa bikin parfum aroma tubuh yang mengandung pheromone. Eh, hahaha.
Katanya sih itu aktifitas bakteri yang terbawa udara setelah rumput dan tanah terbasahi oleh hujan, ada juga yang bilang bahwa itu karena ada zat pada semak semak dan rerumputan yang karena hujan bersenyawa dan menebarkan aromanya kemana mana. Whatever lah, pokoknya setelah hujan, atau yang saya sebut “Earth Resurrection” selalu membuat everything looks more beautipulll than it was.
Well, despite all above, mungkin akan semakin sering deh saya hanya bisa menikmati hujan dibalik daun pintu kamar 199 lantai 3. Mahasiswa tahun terakhir, lembur dengan berbagai alasannya, dan setatus yang masih sperti anak dibawah 24 tahun kebanyakan. Ga usah disebut lah itu, saya kan bukan melankolis…xixixixi.
Sampai kapan? Yah, kita lihat saja nanti.
”If I were the rain that bind together the earth and sky,
who in all eternity will never mingle,
would I be able to bind the hearts of people together?”
Inoue Orihime - Bleach